Oleh: Safir Senduk
Meski tidak pernah diinginkan terjadi dalam keuangan keluarga ataupun perusahaan, defisit itu seringkali tidak bisa dihindari. Bahkan uniknya, seringkali defisit terjadi berulang-ulang dan dari bulan ke bulan tanpa bisa dihentikan. Defisit adalah suatu kondisi di mana pengeluaran keluarga Anda lebih besar daripada pemasukan.
Karena itu, bila pemasukan Anda adalah Rp 2 juta per bulan, maka akan lebih baik bila pengeluaran Anda lebih kecil daripada Rp 2 juta. Karena bila pengeluaran Anda lebih dari Rp 2 juta (terjadi defisit), maka selisihnya mungkin harus Anda ambil dari simpanan yang Anda miliki, entah dari tabungan, deposito atau simpanan yang lain. Bila yang terjadi pengeluaran Anda terus menerus melebihi pemasukan Anda tiap bulan, jelas: simpanan Anda akan berkurang terus sehingga lama kelamaan akan habis.
Karena itu, penting sekali bagi Anda untuk bisa mengatur pengeluaran agar tetap lebih rendah dari pemasukan. Dengan demikian, simpanan Anda tidak akan berkurang, bahkan sebaliknya: Anda jadi bisa menabung dan simpanan Anda akan terus bertambah. Gambarannya seperti di bawah ini:
Pemasukan Rp 1.000
Pengeluaran Rp 900
--------------------
Selisih Rp 100
Jadi, kalau dilihat dari sisi pengeluaran, semakin rendah pengeluaran yang Anda lakukan setiap bulan, maka akan semakin besar pula selisih uang yang akan Anda miliki, sehingga makin besar pula jumlah uang yang bisa Anda tabung.
Masalah yang sering muncul disini adalah bahwa tidak semua orang bisa dengan cukup mudah menekan pengeluarannya. Ini terutama lebih terasa bila seseorang sudah berkeluarga. Sebuah keluarga seringkali memiliki pengeluaran yang cukup besar setiap bulannya sehingga tidak ada uang yang bisa ditabung.
Yang tidak disadari, seringkali pengeluaran yang besar tersebut terjadi karena banyaknya pos-pos pengeluaran yang jumlahnya berlebihan. Berdasarkan pengalaman saya dalam memberikan Konsultasi Keuangan Lisan kepada klien, ada beberapa pos pengeluaran yang seringkali memiliki jumlah yang terlalu besar. Inilah mereka.
1.
TAGIHAN TELEPON
Tagihan
telepon termasuk pos yang sering membengkak karena seringkali telepon dipakai
untuk hal-hal yang tidak produktif. Jangankan ABG atau remaja, orang dewasa
saja cukup sering menggunakan telepon hanya untuk ngobrol yang tidak tentu arah
hingga berjam-jam lamanya. Belum lagi bila kebiasaan itu dilakukan hampir
setiap hari. Kalau masih lokal sih tidak apa-apa. Tapi terkadang seringkali
dilakukan dari telepon rumah ke ponsel yang dihitung sebagai interlokal.
Penyebab
lain yang bisa membuat tagihan telepon bengkak adalah seringnya penggunaan
JAPATI. Buat Anda yang belum tahu, JAPATI adalah singkatan dari Jasa Pintar
Teknologi Informasi, sebuah jasa layanan hiburan melalui telepon. Banyak orang
tertarik menggunakan jasa ini karena kentalnya unsur hiburan dan
kadang-kadang adanya hadiah. Tarif penggunaan Japati yang nomornya biasa
dimulai dengan angka 0800, 0805, 0807 dan 0809 ini bisa berkisar sebesar Rp
1.500 Rp 3.300 per menit. Dengan pengenaan tarif seperti itu, wajar bila
tarif telepon bisa membengkak tidak karuan.
Apa lagi?
Internet. Internet adalah salah satu penyebab yang juga bisa membuat Tagihan
Telepon Anda menjadi bengkak. Umumnya, penggunaan internet bisa dibagi menjadi
beberapa tujuan. Yang pertama adalah untuk penggunaan e-mail (surat
elektronik). Yang kedua adalah untuk penggunaan web-browsing (pencarian situs).
Sedangkan yang ketiga adalah untuk chatting (bercakap-cakap). Dari ketiganya,
biasanya yang terakhirlah (chatting) yang paling berpotensi menggendutkan
tagihan telepon Anda. Barulah disusul web-browsing, dan - yang paling tidak
membuat Tagihan Telepon Anda bengkak - adalah untuk penggunaan e-mail.
2.
BUSANA DAN AKSESORINYA
Selain
telepon, pengeluaran besar berikutnya yang sering terjadi adalah pengeluaran
untuk membeli busana dan aksesoris. Yang dimaksud adalah barang-barang penutup
dan penghias tubuh. Contohnya seperti baju, celana, ikat pinggang, jam tangan,
kaus kaki, sepatu, atau tas. Kadang-kadang, masih ditambah dengan jas atau
blazer, kemudian jaket, denim atau cardigan.
Kita
tidak bisa menutup mata bahwa kadang-kadang gengsi memegang peranan penting
dalam pembelian busana dan aksesori. Banyak orang yang karena gengsi
membeli busana dan aksesori karena merek yang cukup terkenal. Padahal banyak
merek lain yang tidak kalah bagus yang bisa dibeli dengan harga yang lebih
terjangkau.
Selain
itu, adanya keinginan seseorang untuk tampil rapi, necis, sering membuat orang
membeli busana dan aksesori secara berlebihan dalam hal kuantitas. Padahal,
belum tentu busana dan aksesoris tersebut akan selalu dipakai. Saya ingat bahwa
saya pernah karena lapar mata - membeli sebuah tas yang harganya cukup mahal,
yang ternyata hanya saya pakai beberapa kali saja, sebelum akhirnya tas itu
teronggok dengan manisnya di kamar tidur saya dan tak pernah dipakai lagi.
3.
BARANG-BARANG ELEKTRONIK
Pembelian
barang-barang elektronik kadang-kadang juga bisa menghabiskan biaya yang cukup
besar. Bukan karena tingginya harga barang tersebut, tetapi karena sering
pembeliannya dilakukan berulang, padahal barang itu sudah ada sebelumnya di
rumah. Dari pengalaman saya selama ini dalam menghadapi klien, barang yang
pembeliannya sering dilakukan berulang adalah stereo set/radio-tape dan telepon
seluler.
Penyebab
utama seringnya barang-barang elektronik dibeli secara berulang adalah karena
gencarnya iklan. Banyaknya iklan ponsel yang di media massa misalnya, sering
membuat orang membeli ponsel sampai beberapa kali. Sampai-sampai tidak jarang
kita melihat ada orang yang punya dua atau tiga ponsel sekaligus, padahal belum
tentu keberadaan ponsel tersebut dia butuhkan semuanya. Hal yang sama juga
terjadi pada radio-tape.
4.
HADIAH DAN SUMBANGAN
Tidak
bisa dipungkiri, terkadang pengeluaran untuk pemberian hadiah atau sumbangan
seringkali sangat besar. Untuk hadiah misalnya, kita seringkali memberikan
baju, celana, atau sepatu baru kepada anak atau keponakan. Belum lagi bila Anda
datang ke sebuah undangan pernikahan. Coba hitung, berapa kali dalam sebulan
Anda datang ke sebuah kondangan? Anda tentunya akan
memberikan amplop kepada si pengantin baru. Itu baru undangan kawin. Bagaimana
dengan acara ulang tahun? Berapa kali dalam sebulan ada teman Anda yang
berulang tahun? Bila teman Anda berulang tahun dan mentraktir Anda makan, maka
Anda mungkin akan merasa tidak enak kalau tidak memberikannya hadiah. Bagaimana dengan
kelahiran anak? Siapa teman Anda yang akan melahirkan bulan ini? Siapa teman
Anda yang akan melahirkan bulan depan? Anda mungkin akan membelikan kado juga
buat si anak yang baru saja lahir.
Nah, mudah-mudahan setelah mengetahui pos-pos
pengeluaran apa saja dalam keluarga yang seringkali membengkak tak terduga,
Anda bisa mendeteksi dan menyusun perencanaan keuangan yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar