BI Gandeng UPI dan Asbisindo Buka Jurusan Ekonomi Syariah Lucky,"Insya Allah Bakal Jadi Ikon UPI"

http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20120106090609&idkolom=bisnis

BI Gandeng UPI dan Asbisindo Buka Jurusan Ekonomi Syariah
Lucky,"Insya Allah Bakal Jadi Ikon UPI"

SETELAH melakukan terobosan dengan membuka "Syariah Centre", di Lantai I Gedung Bank Indonesia (BI) Bandung, Pemimpin Bank Indonesia Bandung, Lucky F. A. Hadibrata kembali melakukan terobosan dengan menggandeng Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Jawa Barat untuk membuka jurusan Ekonomi Syariah di UPI.

"Insya Allah tahun ini UPI akan membuka jurusan Ekonomi Syariah. Ini merupakan upaya yang dilakukan Asbisindo dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga perbankan syariah di Indonesia," ungkapnya kepada "GM", di Gedung BI Bandung, kemarin.

Menurutnya, jurusan Ekonomi Syariah akan menjadi icon baru di UPI, dan UPI sudah bisa menjalankan perannya sebagai jembatan antara kaum intelektual dengan praktisi. "Sehingga ke depan kebutuhan SDM perbankan syariah sebagian akan terpenuhi lulusan dari UPI," ungkapnya.

Lucky mengatakan, pasar syariah semakin terbuka dengan intennya kalangan perbankan syariah melakukan komunikasi dengan masyarakat sehinga logo syariah bisa lebih difahami masyarakat. "Jadi syariah ini semakin terbuka, terbukti dengan adanya pertumbuhan yang sangat tinggi, dari minus 1,99 persen meningkat jadi 37 persen," katanya.

Namun, imbuh Lucky, dari sisi sektoral produk-produk syariah masih terbatas pada jual beli. Padahal, potensi gadai juga cukup besar asal masyarakat bisa memahami perilaku harga emas internasional maupun domestik belum. "Selain itu, masih perlu dikembangkan produk perbankan syariah yang tadinya perorangan menjadi kelompok. Antara bank yang satu dengan yang lain tadinya bersaing harus lebih bersinergi," tandasnya.

Tiga hal

Sementara itu, menurut pengamat ekonomi Ichasanudin Noorsy yang dihubungi secara terpisah, untuk meningkatkan ekonomi syariah di Jawa Barat tidak hanya sumber daya manusianya, namun ada tiga hal penting yakni sektoral, pelaku dan pasar.

"Dari sektoral ke pelaku dan pasar pendekatannya harus sistemik. Saya ingin mengatakan begini, ada tiga bank syariah nasional yang tidak perlu saya sebutkan namanya beberapa tahun ini jatuh bangun, tapi masyarakat tidak tahu akibat pelakunya yang kurang cakap," kata Noorsy.

Pendekatan sektoral penting dilakukan untuk meyakinkan masyarakat bahwa bagi hasil sangat fair. Ini tentu perlu custumer servis yang baik. Selama customer servicenya tidak diperbaiki, kata Noorsy, baik level nasional maupun Jabar, tetap saja bank konvensional yang akan mengambil manfaat.

Diakuinya, potensi bagi hasil sebenarnya memberikan manfaat yang sangat luar biasa kepada masyarakat. "Pasar pun peluangnya sangat luar biasa. Pasar kata kuncinya adalah bagaimana costumer servisnya. Bank syariah terbesar di Indonesia yang jatuh bangun itu pun karena tidak menjaga hal itu," tandasnya.

Pasar, kata Noorsy lebih lanjut, harus memberikan bukti kepada masyarakat memberikan keuntungan yang bagus. "Kalau tidak, mana mereka mau menggunakan bank syariah," pungkasnya. (aep s. abdullah/"GM")**

Komentar